Gelap.
Aku terkapar, sedangkan kau tak beranjak.
Hela nafas demi nafas membanjiri sunyi.
Kadang riuh memang sediam itu.
Aku sadar bahwa kau butuh dipeluk.
Seberjarak itu punggungmu dengan kalbuku.
Kau sesenggukan, membelakangi emosi yang
tak pernah bisa kauterjemahkan itu apa.
Aku adalah orang yang susah soal
membaca jiwa, meski ragamu kucoba ajak bicara.
Barangkali satu hal kecil yang pernah
dikatakan pepatah, bahwa cobalah kau peluk dia meski dia ingin memukulmu sebab semakin
kencang pukulannya, semakin dalam ia mencintaimu.
Pepatah itu masuk akalkah atau tidak, entah.
Aku tak ingin mengadu tanya yang bernada
kenapa.
Hanya saja, aku tak kuat.
Kucoba mendekapmu lewat peluk yang semoga
itu damai bagi setiap resah yang mengunci lisanmu.
Tak ada jawab yang kulantunkan lewat bibir,
sebab jawabnya adalah dekapku yang makin erat.
Semoga kau tahu, bahwa dengan cara itulah
aku melayangkan maklumat bahkan, mencoba lepas darimu saja aku merasa berat.
Millenia Syafirah Yunita Azzah
0 Komentar